Bisnis Kopi

Mandacan akui cita rasa kopi Arfak tak kalah saing dengan kopi lainnya

Manokwari, Jubi – Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan, mengatakan cita rasa dan aroma kopi Arfak hasil racikan anak asli Papua tak kalah dengan cita rasa kopi lainnya karena punya ciri khas tersendiri.

Hal ini dikatakan Mandacan, setelah menyesap kopi Arfak dalam acara pameran kopi asli Papua dan produk olahan rumput laut asal Wondama di Manokwari, Selasa (27/10/2020) kemarin.

“Kopi Arfak punya aroma tajam, dan sepat [rasa] kopinya tidak lama di lidah,” ujar Mandacan.

Mandacan berharap, perkebunan kopi di Arfak tetap berlanjut dengan metode perkebunan yang ramah lingkungan, sehingga rantai pasok kopi tersebut terus tersedia, sejalan dengan pendampingan sumberdaya manusia (SDM) pemuda asli Papua di dunia kopi seperti yang dijalankan melalui program ekonomi hijau.

“Kopi Arfak dan stik rumput laut dari Wondama produksi orang asli Papua, sangat cocok jika dipadukan dalam usaha Cafe di Papua Barat. Selian manfaatkan potensi lokal, hasilnya juga dinikmati orang asli Papua,” kata Mandacan.

Sementara, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Perkebunan dan Holtikultura Provinsi Papua Barat, Jacob Fonataba, mengatakan, pengembangan perkebunan kopi di kabupaten Pegunungan Arfak, menjadi salah satu dari sejumlah program prioritas Pemprov Papua Barat.

Meski demikian, sebut Fonataba, perkebunan kopi di Arfak hanya dapat dikembangkan dalam areal [luasan] tertentu, mengingat sebagian besar wilayah hutan di daerah tersebut, berada dalam peta konservasi Cagar Alam (CA) Pegunungan Arfak.

“Jadi khusus untuk perkebunan kopi di Arfak tidak dalam perkebunan besar, tapi hanya pada luasan tertentu, salah satunya di Kampung Kwauw, dengan pertimbangan Pegaf adalah daerah penyangga dalam peta konservasi,” sebut Fonataba.

Diakui Fonataba, bahwa produksi kopi Arfak, telah dikembangkan oleh sejumlah pegiat kopi tahun lalu (2019), termasuk intervensi Bank Indonesia, Bentara dan pada tahun ini (2020) melalui program ekonomi hijau lebih melengkapi dari sisi pendampingan, produksi hingga peluang pasar/usaha.

Sementara, Alex Rumaseb, wakil ketua program ekonomi hijau Papua-Papua Barat, mengatakan tujuan utama pendampingan program tersebut, untuk memastikan orang asli Papua yang terlibat dalam di perkebunan kopi Arfak hingga hasil produksi kopi oleh pemuda asli Papua bisa mandiri dan menikmati hasilnya sendiri.

“Tugas kami, pertemuan ‘hulu dan hilir’ jadi harga pasar dari hasil produksi potensi kopi, rumput laut, dan berbagai olahannya, tidak lagi melalui perantara (orang ke dua), tapi hanya melibatkan orang papua dan pembeli,” kata Rumaseb. (*)

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.