Profil Kopi Papua menurut KSU Baliem Arabica

I. Papua dan Kopi

Ada dua daerah utama penghasil kopi di Papua. Daerah yang pertama adalah Lembah Baliem, di tengah dataran tinggi Jayawijaya, yang mengelilingi kota Wamena. Daerah kedua adalah Lembah Kamu di daerah Nabire, di sisi timur dataran tinggi, yang mengelilingi kota Moanemani. Kedua wilayah berada di ketinggian antara 1.400 hingga 2.000 meter diatas permukaan laut, dan merupakan kondisi ideal untuk produksi Arabika.

Kedua daerah tersebut saat ini memproduksi 230 ton kopi per tahunnya. Angka ini dapat dipastikan akan meningkat, sejalan dengan adanya perusahaan-perusahaan baru yang menjalankan kegiatan pembelian dan pengolahan kopi di wilayah tersebut. Perusahaan-perusahaan tersebut membantu para petani untuk mendapatkan sertifikasi organik dan fair trade, yang akan memberikan peningkatan penghasilan yang cukup besar. Wilayah tersebut sangat terpencil, dimana sebagian besar kopi tumbuh di wilayah yang tidak terjangkau oleh infrastrustur jalan dan hampir tidak tersentuh dunia modern.

 

PENANAMAN KOPI

Semua kopi ditanam dibawah pohon naungan, di lingkungan alam yang menakjubkan, yang juga merupakan habitat dari burung Cendrawasih dan berbagai spesies lainnya. Spesies pohon yang umum ditemukan di wilayah penghasil kopi adalah Kaliandara, Erytrhina dan Abizia. Hutan tropis Papua adalah salah satu habitat yang paling kaya dalam keanekaragaman hayati di dunia.

Kopi-kopi di pegunungan Papua ditanam oleh petani tradisional tanpa menggunakan pupuk organik ataupun pupuk kimia juga tanpa pestisida sehingga menghasilan kopi dengan kualitas baik dan dengan aroma dan rasa yang khas dibandingkan dengan kopi yang tumbuh di daerah lain di Indonesia. Kopi bertekstur ringan, minim ampas, harum semerbak, dan tidak asam

 

VARIETAS KOPI PAPUA

Linie S – Kelompok varietas ini berasal dari India, yang dikembangkan dengan menggunakan kultivar Bourbon. Jenis yang paling umum adalah S-288 dan S-795, yang dapat ditemukan di Lintong, Aceh, Flores, Sulawesi, Papua, Bali dan Jawa.

 

PENGOLAHAN KOPI

Petani Kopi Papua menggunakan proses unik yang disebut sebagai pengupasan basah atau wet-hulling (juga sering disebut sebagai semi washed). Menggunakan teknik ini, para petani mengupas kulit luar buah kopi dengan menggunakan mesin pengupas tradisional yang disebut “luwak”. Biji kopi, yang masih berselaput getah, kemudian disimpan hingga selama satu hari. Setelah masa penyimpanan, biji kopi dibersihkan dari getah dan kopi tersebut dikeringkan dan siap untuk dijual.

 

Petani di Papua menggunakan proses semi washed. Setelah melakukan pengupasan, kopi difermentasi selama 8 hingga 10 jam. Kemudian dibersihkan dari getah dan biji kopi dikeringkan hingga memiliki kandungan air 12%, atau dikupas dalam keadaan basah dan dikeringkan sebagai biji hijau. Karena lambatnya paparan teknologi modern, maka sebagian besar dari kegiatan pengolahan kopi tersebut dilakukan hanya dengan tangan. Pupuk kimia, pestisida dan herbisida tidak dipakai untuk tanaman kopi ini, dan membuat kopi Papua menjadi kopi yang langka dan juga berharga. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi  www.baliembluecoffee.com.

Setelah pengupasan, kopi kemudian disortir berdasarkan ukuran, berat dan warna, pertama menggunakan mesin dan kemudian menggunakan tangan. Terakhir, kopi dikemas dalam kemasan khusus bahan makanan berukuran 60 kilogram untuk ekspor. Sepanjang pelaksanaan proses, dilakukan cupping test untuk memastikan bahwa kopi tersebut memenuhi standar specialty grade.

Setelah penyortiran, beberapa produsen menyimpan kopi mereka selama satu hingga tiga tahun sebelum dipasarkan. Proses ini mengembangkan aroma woody dan kayu manis, dengan karakter yang sangat ringan dan hangat. Biji yang berwarna hijau akan berubah menjadi kuning tua hingga coklat. Roaster suka mengunakan kopi ini sebagai bagian dari racikan khusus, untuk saat Natal misalnya, dimana aroma kayu manis hangat sangat disukai.

Beberapa perusahaan menghasilkan produk yang disebut sebagai “Kopi Luwak”, yang merupakan kopi yang sangat langka di dunia. Kopi Luwak diproses menggunakan cara yang unik, yaitu dengan menjadikannya sebagai makanan bagi hewan luwak, spesies lokal sejenis musang. Sistem pencernaan luwak akan mencerna lapisan buah. Setelah melalui sistem pencernaan hewan luwak tersebut, biji kopi dicuci dan disortir. Kopi yang dihasilkan bernilai tinggi karena kelangkaannya dan aroma yang berbeda.  [Sumber: http://www.sca-indo.org/id/keragaman-kopi-indonesia/]

 

KUALITAS KOPI PAPUA

Kopi Papua ini merupakan kopi organik dengan kualitas terbaik. Karena tanah Papua yang masih sangat subur kopi yang dihasilkan sangat baik. Aroma kopinya harum, halus dan memiliki after taste yang sangat manis. Beberapa pegiat kopi menyamakan kopi ini dengan biji kopi Jamaica Blue Mountain. Jamaica Blue Mountain Coffee adalah kopi Arabika yang ditanam di daerah Blue Mountain di Jamaica dan merupakan kopi premium. Itulah sebabnya KSU Baliem Arabica menamakan produk Kopi Arabica dari Tanah Papua dengan julukan “Baliem Blue Coffee” (disingkat BBCoffee). Diantara kopi Arabika lainnya, kopi ini mengandung kafein paling sedikit. [http://bisangopi.com/component/content/article/3-jenis-kopi/7-tocabica]

 

 

Areal Penanaman Kopi Papua

 Wilayah: Pegunungan Tengah, Dataran Tinggi Papua
 Kabupaten: Jayawijaya, Tolikara, Puncak Jaya, Lani Jaya, Mamberamo Tengah, Yahukimo, Pegunungan Bintang, Yalimo, Puncak Papua, Nduga, Dogiyai, Enarotali
SCAI exporter dan kontak: KSU Baliem Arabica (baliemarabica@yahoo.com, info@papuacoffees.com; info@coffea.biz)
 Production area: Lembah Baliem
 Jenis: Arabica: Linie S – varietas  berasal dari India jenis S-288 dan S-795. Kemudian varietas Typica banyak dikembangkan oleh KSU Baliem Arabica belakangan ini dan akan terus dikembangkan sebagai Kopi Kedua setelah Jamaica Blue Mountain Coffee.
Tanah: Volcanic
Ketinggian: 1,200 – 1,800 meter dari atas permukaan laut
 Name and cup profile: Heavy body with low acidity.Chocolate with tobacco notes.
 Proses: Wet dan Dry; Washed and Semi-washed
Kadar air 12 %
Defect …%
Certification: Organik dari Control Union (2008-sekarang) , Rainforest Alliance (2008-sekarang) dan CERES (sampai 2008 – 2012)
 Aroma:  Honey like chocolaty caramel fruity
 Body:  Moderate medium acid clean
 Ciri: Kekentalan tinggi, keasaman rendah, rasa cokelat dengan sentuhan tembakau
 Aftertaste:  Smokey choc caramley balanced
 Crop cycle:  Mei hingga September

 

KELEBIHAN KOPI ARABIKA WAMENA

  • Tumbuh di daerah pegunungan Jayawijaya Wamena dengan ketinggian 1.600 m di atas permukaan laut.
  • Tumbuh subur secara alami tanpa menggunakan pupuk kimia.
  • Memiliki aroma dan cita rasa yang khas
  • Dapat digolongkan Kopi Organik berdasarkan proses pertumbuhan secara alami.
  • Tidak terasa asam karena memiliki kadar asam yang rendah sehingga aman diminum bagi semua orang.