• Kata Abock Busup Setiap Distrik di Yahukimo Punya Potensi

    JAYAPURA (Bisnis Papua) – Pemerintah Kabupaten Yahukimo saat ini terus mendorong peningkatan potensi beberapa distrik dari 51 distrik yang ada seperti Kurima, Tangma dan Anggruk.

    Seperti yang dikatakan Bupati Yahukimo Abock Busup, di Jayapura, Senin (14/1/2019), untuk Distrik Kurima, pihaknya menginstruksikan masyarakat untuk menanam dan mengembangkan potensi perkebunan kopi lokal berjenis arabika.

    “Sehingga di Distrik Tangma ini kami sebut sebagai kampung kopi mengingat banyaknya masyarakat menanam tanaman tersebut,”terangnya.

    Menurut Abock, untuk sayur-sayuran, kol dan wortel akan difokuskan di Distrik Kurima, sedangkan buah merah diinstruksikan ditanam di Distrik Anggruk.

    “Untuk peternakan seperti babi, ayam dan ikan bisa difokuskan di Distrik Korupun, khususnya untuk ikan mas,” ujarnya.

    Lebih jauh dijelaskannya instruksi ini diharapkan dapat meningkatkan dan mempertahankan perekonomian masyarakat di distrik-distrik hingga ke kampung-kampung.

    “Selain itu, peningkatan potensi ini juga untuk meningkatkan gizi anak-anak melalui bahan makanan pokok yang dikembangkan oleh masyarakat di masing-masing distrik,” katanya lagi.

    Lanjutnya, upaya peningkatan masing-masing distrik ini menggunakan dana desa yang didistribusikan oleh pemerintah ke masing-masing kabupaten. (Julia)

  • Lima kelompok petani kopi dapat bantuan alat produksi

    Wamena, Jubi – Sebanyak lima kelompok petani kopi di sejumlah distrik di Kabupaten Jayawijaya mendapat bantuan 20 unit alat produksi, yang merupakan program CSR dari Bank Papua.

    Direktur Operasional Bank Papua, Isak Wopari saat penyerahan bantuan di Bank Papua cabang Wamena, Senin (26/11/2018) mengatakan, distrik penerima bantuan adalah Distrik Pyramid, Koragi, Bpiri dan Distrik Wollo.

    “Di Distrik Pyramid ini ada dua kelompok besar yang kami bantu, kemudian untuk Distrik Koragi satu kelompok, dan Distrik Bpiri satu dan Wollo satu,” katanya.

    Ia berharap bantuan ini dapat membantu petani kopi di Jayawijaya, sebab mereka sudah lakukan tanam dan panen kopi dengan baik.

    Kepala Divisi UKM dan Komsumer Bank Papua, Kusyanto mengatakan selain kopi, produk lokal yang menjadi perhatian Bank Papua dalam program CSR adalah pengelolaan sagu dan rumput laut.

    “Masing-masing 10 unit mesin, kemudian satu paket rumah pengeringan. Rumah pengeringan ini sederhana, tetapi fungsinya kalau itu dilakukan dengan bagus, kualitas kopi yang akan dihasilkan bagus pula,” ujar dia.

    Kusyanto menjelaskan jika dirupiahkan, program CSR untuk peralatan kopi di Jayawijaya tidak besar, namun BPD mengharapkan bantuan itu dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    Sementara, Kepala Dinas Pertanian Jayawijaya, Hendri Tetelepta berharap program CSR BPD dapat ditingkatkan lagi untuk pengembangan kopi pada sektor hulu, yaitu pada saat tanam hingga panen.

    “Sampai hari ini sektor hulu itu masih dominan pemerintah. Kalau di hilir setelah jadi kopi biji, itu banyak yang berminat, bukan hanya dari perbankan, dari TNI/Polri dan juga LSM dirasa perlu bersama melihat hal ini,” katanya. (*)

  • Kopi Papua, Kopi Wamena, Baliem Arabica, Wamena Arabica, Baliem Blue Coffee

    Banyak orang sering bingung nama ini

    1. Kopi Papua,
    2. Kopi Wamena,
    3. Baliem Arabica,
    4. Wamena Arabica,
    5. Baliem Blue Coffee
    6. Kopi Papua Baliem
    7. Kopi Papua Wamena
    8. Baliem Blue Coffee

    Semua nama ini merujuk kepada, Papua Coffee, Wamena Arabica Single Origin, yang dalam bentuk bubuk dikenal dengan nama “Baliem Blue Coffee” produksi KSU BaliemArabica.com Wamena.

  • Papua butuh tenaga ahli kelola sumber daya alam

    Gubernur Papua, Lukas Enembe - Jubi.Dok

    Gubernur Papua, Lukas Enembe – Jubi.Dok

    Jayapura, Jubi – Gubernur Papua, Lukas Enembe mengatakan provinsi yang diPapua saat ini membutuhkan tenaga ahli untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi-potensi lokal, seperti Sagu dan Kopi.

    “Sagu dan Kopi Papua kualitasnya sangat baik, hanya saja belum dikembangkan dan dikelola secara baik untuk kemudian diekspor keluar, jadi kami butuh pemikir-pemikir yang handal di bidang ini,” kata Enembe kepada wartawan, di Jayapura belum lama ini.

    Ia menilai, Sumber Daya Manusia (SDM) Papua belum mampu mengelola potensi yang ada . Oleh karena itu, butuh orang-orang yang memiliki keahlian mengelola sumber daya alam dengan baik.

    “Makanya saya terus dorong sektor ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat Papua, sehingga seluruh potensi yang ada ke depan bisa dikelola orang Papua sendiri,” ujarnya.

    Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional, Mayjen TNI Doni Monardo mengatakan Kopi Papua asal Tiom, Kabupaten Lanny Jaya menjadi salah satu kopi termahal dengan harga jual Rp5.3 juta per kilo.

    Apalagi kata ia, sisa-sisa kopi sepeninggalan Hindia-Belanda di wilayah Pegunungan Tengah Papua masih sangat banyak, sehingga perlu dikelola dan dikembangkan karena kualitas Kopi asal Papua sangat baik.

    “Mudah-mudahan dengan adanya kerjasama dengan pemerintah provinsi, kabupaten, kota, kepala suku, Ondoafi dan pihak lainnya di Papua, produksi Indonesia makin banyak karena lahan di Papua memungkinkan untuk dikembangkan,” kata Doni.

    Untuk itu, ujar ia, pihaknya akan mengirim tim ke Kabupaten Keerom, Papua untuk melakukan penelitian dan penjajakan, dengan harapan bisa membuka industri perkebunan Kopi.

    “Intinya, kami berencana akan membuka industri kopi di Papua dan Papua Barat, karena kualitas Kopi Papua terbaik,” ujarnya. (*)

  • Sentuh Petani Kopi Dengan Teknologi

    MERAUKE,ARAFURA,-Pemilik Koplink Coffee, Takdir Hamzah mengemukakan bahwa pihaknya tengah berupaya untuk memberdayakan petani kopi yang ada di Distrik Jagebob lebih intens lagi. Khususnya yang terkait dengan penerapan teknologi tepat guna serta edukasi tentang pengolahan dan penanaman. Sebab dalam dunia kopi, 60% kenikmatan kopi ditentukan oleh sektor hulu yaitu petani. Sedangkan 30% adalah pihak roster dan 10% adalah barista. Jadi kenikmatan kopi ditentukan oleh berbagai segi sehingga sektor hulu harus benar-benar diperhatikan.

    Ia mengakui awal mendapatkan bahan baku kopi dari Jagebob cukup banyak yang harus dibuang, mencapai hingga 20%-30%. Penyebabnya karena tidak layak, patah, busuk dan berlubang. Namun dalam kurun waktu belakangan ini sudah mulai ada perubahan yang lebih baik dari sisi kualitas. Lebih lanjut ia menjelaskan, penikmat kopi sangat antusias dengan rasa dari kopi Jagebob karena memiliki taste yang berbeda dari kopi-kopi lain. Misalnya robusta memiliki rasa yang lebih keras, arabika lebih asam dan liberika rasanya berada di bawah itu semua.

    Pihaknya memang baru memasarkan di kedai-kedai kopi dan café belum meluas hingga ke toko-toko besar. Kesulitan bahan baku menjadi alasan utama bahkan sangat sulit memperoleh 10 kg dalam waktu sebulan. Lebih lanjut ia mengungkapkan, kopi terbaik dipetik pada saat berwarna merah karena jika sudah menghitam permentasinya sudah sangat over. “Pasalnya kopi itu tidak berbuah sepanjang tahun namun 2 tahun sekali. Buah terbanyak di Bulan Februari dan setelah berbuah masih ada proses panjang sampai pada tahap hingga siap diolah,”ujar Takdir kepada ARAFURA News di tempat kerjanya belum lama ini.

  • Segera dibentuk: Asosiasi Kopi Papua

    Legislator Papua jalur Otsus Yonas Alfons Nussy ketika menunjukan Kopi Ambaidiru - (Jubi Doc.)

    Legislator Papua jalur Otsus Yonas Alfons Nussy ketika menunjukan Kopi Ambaidiru – (Jubi Doc.)

    Jayapura, Jubi – Legislator Papua jalur Otsus , Yonas Alfons Nussy mengatakan pihaknya bersama kementerian terkait akan memelopori hadirnya Asosiasi Kopi Papua dalam waktu dekat ini.

    Dengan begitu katanya, semua kopi di Papua akan didorong dan dipromosikan melalui asosiasi ini, sebagai sumber produksi orang asli Papua.

    “Semua kopi produk Papua akan ditampung di asosiasi ini, agar dijual keluar Papua atau dimasukkan ke mall , kios, supermarket besar, seperti layaknya kopi -kopi lain di Nusantara ,” kata Nussy kepada Jubi, Senin (10/9/2018).

    Tujuan pendirian asosiasi ini, yakni menghimpun potensi -potensi ekonomi kerakyatan, khususnya komoditas kopi di Papua .

    ” Selain itu perputaran uang akan beredar dan dirasakan di kalangan masyarakat,”katanya.

    Menurutnya, pentingnya kehadiran asosiasi yakni semua hasil priduksi bisa dihimpun. “Kemandirian ekonomi akan tercapai dan masyarakat akan berdikari,”katanya.

    Sementara itu petani Kopi Ambaidiru, Adison Mora mengapresiasi langkah tersebut.

    “Lewat asosiasi ini, proses produksi maupun budidaya akan kami tingkatkan, karena di situlah permintaan pasar akan meningkat,” katanya.(*)

  • Kopi Ambaidiru Memiliki Nilai Ekonomi yang Tinggi

    Jayapura, – Anggota DPR Papua dari jalur pengangkatan wilayah adat Seireri, Yonas Alfons Nussy menginginkan, dalam pengembangan komoditi kopi yang ada di Kepulauan Yapen khususnya Kopi Ambaidiru memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi, Sehingga harus mendapat perhatian yang besar dari pemerintah.

    Pasalnya, kopi Ambaidiru adalah jenis kopi Rubusta yang juga sebagai komoditi unggulan di Kepulauan Yapen, memiliki potensi besar bagi kebangkitan ekonomi kerakyatan di daerah tersebut maupun di Papua secara luas.

    Hanya saja kata Nussy, dalam pengembangan komoditi kopi yang memiliki nilai ekonomi ini harus mendapatkan perhatian dari Pemkab setempat maupun Pemprov.

    “Artinya, dalam pemberdayaan ekonomi melalui komoditi kopi, pembinaan petani kopi, sekaligus membuat lahan baru untuk peremajaan komoditi ini harus dilakukan,” kata Yonas Nussy kepada Pasific Pos, baru-baru ini.

    Apalagi lanjut Nussy, dari pemantauan, mereka (petani kopi) ini sudah meningkatkan mutu produksi, penanaman, dan peremajaan, serta penjualan kopi yang sangat baik.

    “Tapi di sisi lain, kondisi daerah, termasuk pembangunan infrastruktur membuat petani kopi menjadi kurang semangat dalam menjalankan profesinya ini,” ungkapnya.

    Menurutnya, sebagai lembaga yang juga menjalankan fungsi pengawasan, DPR Papua yang memahami kondisi ini segera turun ke lapangan untuk memberikan motivasi bagi para petani kopi yang notabene memegang peranan penting, bukan hanya dalam pengembangan kopi sebagai suatu komoditi, melainkan juga dalam memompang pendapatan asli daerah di Kepulauan Yapen maupun di Papua secara umum.

    “Petani kita perlu dimotivasi dengan pelatihan-pelatihan, terlebih terkait bagaimana membuat lahan baru untuk peremajaan kopi itu sendiri, serta langkah-langkah membuat produk dengan nilai ekonomi yang tinggi, agar bisa baik secara kualitas. Sehingga dapat dipasarkan di level daerah, nasional, bahkan internasinoal,” paparnya. (TIARA)

  • Festival kopi, kesempatan memperkenalkan kopi Papua

    Festival Kopi Papua - Jubi. Dok

    Festival Kopi Papua – Jubi. Dok

    Jayapura, Jubi – Anggota Komisi II DPR Papua yang membidangi ekonomi dan perkebunan, Mustakim mengatakan, rencana festival kopi yang akan digelar Bank Indonesia wilayah Papua, 3-4 Agustus 2018, kesempatan memperkenalkan berbagai jenis kopi Papua kepada masyarakat luas.

    Ia mengatakan, pihaknya mendukung agenda tersebut, karena selama ini kualitas kopi Papua tak kalah dengan kopi daerah lain, hanya saja belum banyak diketahui publik, terutama orang di luar Papua.

    “Misalnya kopi jenis arabica dari Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Itu salah satu kopi terbaik Papua. Hanya saja selama ini mungkin promosinya kurang sehingga belum banyak yang mengenal kopi Papua,” kata Mustakim, Kamis (26/7/2018).

    Selain kurangnya promosi, masalah lain yang menjadi kendala petani kopi di Papua adalah pemasaran. Katanya, hasil diskusi pihaknya dengan dinas terkait, salah satu kendala adalah pemasaran dan pengembangan tanaman kopi.

    “Di Papua ini, kalau tidak ada rangsangan pemerintah, petani kadang malas mengembangkannya. Apalagi ketika mereka tanam dan pesarannya susah. Akhirnya semangat petani kendor lagi,” ucapnya.

    Komisi II DPR Papua berharap, dinas terkait tak bosan membina petani kopi agar produk kopi Papua dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah, dengan harapan ke depan kopi Papua akan lebih dikenal publik di luar Papua.

    Hal yang sama dikatakan rekan Mustakim di Komisi II DPR Papua, Madai Gombo. Menurutnya, selama ini pemerintah gencar mensosialisasikan pengembangan kopi di terutama di wilayah pegunungan. Namun meski masyarakat berkeinginan, berbagai ada berbagai kendala yang mereka alami.

    “Misalnya perlunya penyuluhan. Selain itu, petani kopi dapat membuka lahan seluas-luasnya, tapi kendalanya mulai dari pembukaan lahan, penanaman, hingga panen butuh tenaga kerja dan biaya,” kata Madai Gombo.

    Katanya, ke depan pemerintah perlu serius mengembangkan tanaman kopi dan pemasarannya, karena selama ini petani kopi punya niat mengembangkan potensi itu, namun sulit untuk memasarkannya. (*)

  • Puluhan hektare lahan kopi di Aceh terbakar

    Ilustrasi kebakaran hutan, pixabay.com

    Ilustrasi kebakaran hutan, pixabay.com

    Banda Aceh, Jubi  – Sekitar 50 hektare hutan dan lahan penghasil kopi di daerah dataran tinggi pengunungan Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh, terbakar. Kawasan tersebut merupakan penghasil kopi kualitas ekspor.

    “Kobaran api telah berhasil dipadamkan kemarin (Sabtu, 21/7) malam, sekitar pukul 22.00 WIB. Saat ini, seluruh personel pemadam kebakaran sudah kembali ke Posko,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh, Teuku Ahmad Dadek, Ahad, (22/7/2018).

    Ahmad Dadek menyebutkan lahan yang terbakar tepat di bagian Selatan Danau Laut Tawar di Takengon, berada di dua desa, yakni Jongok Meluem dan Mendale Kecamatan Kebayakan.

    Tim dari intansi terkait termasuk petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat, langsung mengerahkan satu unit pemadam kebakaran (Damkar) untuk pemadaman titik api di lokasi kejadian.

    “Akses menuju lokasi memudahkan tim bisa memadamkan titik api. Walau tidak ada korban jiwa, tapi penyebab kebakaran sudah ditangani pihak yang berwajib,” kata Dadek menjelaskan.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setempat pekan ini menyebutkan pantauan satelit mendeteksi lima titik panas muncul di Aceh.

    “Ada lima titik panas, tiga diantaranya di Aceh Utara, dan dua di Aceh Tengah,” ujar  Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Blang Bintang, Zakaria Ahmad.

    Zakaria Ahmad menjelaskan, ketiga titik panas di Aceh Utara terkosentrasi di satu kecamatan, yakni Sawang masing-masing miliki tingkat kepercayaan atas kebakaran hutan dan lahan 68, 50, dan 47 persen. Sedangkan kedua titik panas juga terkosentrasi di satu kecamatan  Bintang masing-masing memiliki tingkat kepercayaan 90, dan 57 persen.

    “Terdapat satu titik panas di Kecamatan Bintang, kita nyatakan sebagai titik api karena memiliki tingkat kepercayaan lebih dari 81 persen,”  ujar Zakaria menjelaskan. (*)

  • Ambaidiru, Pionir Perkebunan Kopi di Papua

    “Legislator utusan adat wilayah Saireri Yonas Nusi menunjukkan kopi Ambaidiru – Jubi/Hengky YeimoKANTOR Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP), Sabtu 6 April 2018 terlihat tak seperti biasanya.Canda tawa terdengar dari beberapa anggota dewan di ruang kerja mereka.

    Di tengah kesibukan para staf di kantor DPRP, legislator utusan adat wilayah Saireri Yonas Nusi bercerita kepada Jubi tentang Kopi di Ambaidiru, Kabupaten Kepulauan Yapen.

    Kopi di Ambaidiru sudah ada sejak zaman Belanda, tepatnya sejak 1959.

    “Pembibitan dilakukan oleh Zending Belanda dan dikembangkan oleh masyarakat Ambaidiru dengan wadah Koperasi Unit Desa (KUD) pada tahun 1977, hingga tahun 2000-an” katanya.

    Kopi Ambaidiru pertama kali perkenalkan oleh Zending Bink ke masyarakat Ambaidiru pada 1924. Kopi mulai dikembangkan pada 1938, sehingga dapat dikatakan perkebunan Kopi Ambaidiru menjadi pionir perkembangan perkebunan kopi di Papua.

    Ambaidiru merupakan salah satu kampung di Distrik Kosiwo. Berada di Kepulauan Ambai, terletak di selatan pulau Yapen. Luas Distrik Kosiwo Kampung Ambai 301,367 meter persegi dengan jumlah penduduk sekira 4914 jiwa.

    Ambaidiru pada masa Pemerintahan Belanda merupakan sentra produksi kopi rubusta, vanila, sayur-sayuran segar lainnya.

    “Kopi sudah lama di Papua. Rakyat membutuhkan pemahaman secara profesional bisa mengolah, memproduksi kopi yang dapat dibutuhkan pasar seperti apa. Standarisasi kopi seperti apa? Standar ekspor seperti apa? Produksinya terukur, dan lebih penting bagaimana mendapatkan pasar,” katanya.

    Kopi seharusnya dapat menjadi potensi yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kepulauan Yapen. Kata Nusi jika dapat berkembang dengan baik, kopi akan menjadi komoditas unggulan yang bisa dijual dengan baik untuk meningkatkan PAD Kabupaten Kepulauan Yapen.

    “Untuk menata kopi Ambaidiru dengan baik, saran saya pemerintah juga perlu menyiapkan anak anak asli. Mereka perlu dilatih agar dalam pengelolaan produk dapat go internasional,” katanya.

    Untuk itu masyarakat meminta pemerintah dapat memberi pelatihan, guna menyiapkan tenaga tenaga yang profesional untuk mengelola kopi.

    Nusi mengatakan, Bupati Kepulauan Yapen harus dapat mengakomodir aspirasi masyarakat. Karena potensi sumber pendapatan masyarakat berdampak kepada usaha-usaha rakyat dan kebutuhanya harus ditopang pemerintah.

    “Kami mendukung upaya pemerintah di Papua khususnya di Yapen dalam melihat, mengelola potensi masyarakat adat dalam bidang apapun khususnya ekonomi,” katanya.

    “Kami juga akan mendorong pembentukan Badan Usaha Milik Rakyat (BUMR) yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi rakyat,” katanya.

    “Saya sudah berkomunikasi dengan Universitas Cenderawasih untuk membentuk BUMR yang dikelola secara profesional,” katanya.

    Sedangkan hal lain yang tidak kalah pentingnya, Nusi meminta ada anak anak asli Ambaidiru yang dikuliahkan di bidang pertanian dan perkebunan. Harapannya agar mereka selesai pendidikan, mereka bisa mengelola kopi tersebut secara profesional.

    “Setelah mendidik anak anak tersebut dengan baik, harapannya mereka itu ditempatkan untuk produksi mengatur pemasaran antar kampung distrik dan kabupaten. Karena banyak hasil karya masyarakat yang belum mendapatakan pasar,” katanya.

    Selain itu, Nusi mengatakan dengan berkembangnya perekonomian masyarakat, pertukaran kebutuhan antar kampung-kampung juga dapat meningkat.

    “Oleh sebab itu kita butuh pengawal dari pihak swasta dan penataan dari pemerintah dengan baik,” katanya.

    Sementara itu pemuda Yapen, Markus Yoseph Imbiri mengatakan ada beberapa permasalahan masalah menyangkut budidaya kopi di Kampung Ambaidiru yaitu, kendala pendampingan dan budidaya yang masih minim.

    “Kopi Ambaidiru terkendala saat meningkatkan produksi kopi. Karena kopi yang ada hingga saat ini kopi adalah kopi yang ditanam sejak zaman Belanda,” kata Imbiri.

    Ketua Rewalan TIK (teknologi Informasi dan Komunikasi) ini mengatakan sampai saat ini ada beberapa langkah-langkah yang mereka lakukan guna membudidyakan kopi.

    “Masyarakat meminta pemerintah untuk membudidayakan kopi Ambaidiru dengan menambah bibit,” katanya.

    Markus mengatakan saat ini ada lembaga yang dibentuk oleh pemerintah, ada juga dari LSM ada satu koperasi yang namanya lembaga kopi.

    “Lembaga lembaga yang sementara masih berjalan sementara ada beberapa yang tidak aktif,” katanya.

    Lanjut Markus, kebutuhan pasar meningkat tapi kebutuhan di gudang koperasi masih minim. Hingga kini masyarakat memproduksi seadanya.

    “Sehingga kehadiran pemerintah untuk membudidayakan kopi ini sangatalah penting,” katanya.(*)

  • Areal Perkebunan Kopi Papua Diperluas

    Kepala Dinas Perkebunan Papua, John Nahumury

    Kepala Dinas Perkebunan Papua, John Nahumury

    Jayapura,- Pasifik Pos – Dinas Perkebunan Papua saat ini sedang memperluas areal perkebunan kopi. Program ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas kopi Papua ke depan.

    “Perluasan lahan kita lakukan di kabupaten, dan produksi kopi di Papua saat ini ata-rata 500-600 kilogram per hektare, dari potensinya yang mencapai 1,2 kilogram,”kata Kepala Dinas Perkebunan Papua, John Nahumury kepada wartawan di Jayapura, Rabu (21/3/18).

    Menurut ia, pihaknya sudah mendorong Dinas Perkebunan di setiap kabupaten untuk membuka areal khusus pembibitan unggul dan berkualitas, dengan harapan ketika ada perluasan lahan para petani bisa menanam benih yang sudah disediakan.

    “Jadi kalau mau ada perluasan lahan tanam silahkan, yang penting benih yang diambil betul-betul berkualitas unggul. Jadi tidak menanam bibit kopi yang asal-asalan,” ujarnya.

    Dirinya mengaku selalu ingatkan agar ada penyiapan bibit kopi unggul dan bermutu agar ada peningkatan produksi kopi yang sudah ditanam, berbuah dan menghasilkan. Dengan harapan permintaan dari dalam maupun luar negeri bisa terpenuhi.

    “Tahun ini kami terus berusaha memperbaiki produksi dengan melakukan intensifikasi, khususnya bagi lahan yang produktivitasnya mulai berkurang, karena ini sangat penting,” ujarnya.

    “Intinya kami ingin kopi Papua kedepan menjadi andalan pendapatan petani. Oleh sebab itu, kami harapkan dengan dukungan dana secara besar-besaran akan dikembangkan terus,” sambungnya.

    Sedangkan mengenai promosi, ujar ia, sudah dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan beberapa instansi terkait seperti Dinas Perdagangan dan Perindustrian, seperti kopi cartens, kopi baliem blue, kopi waga-waga dan lainnya.

    “Inikan semua produksi lokal yang terus dikembangkan, cuman memang kalau permintaan pasar kami masih kesulitan dengan bahan baku, makanya kami dorong terus perluasan areal,” kata John.