JAYAPURA (Bisnis Papua) – Memasuki tahun 2019 ini. Pemerintah kabupaten Tolikara melakukan berbagai cara agar dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pasalnya selama ini mayoritas kabupaten di wilayah pegunungan PAD nya masih sangat rendah.
Kepada Bisnis Papua, Bupati Bupati Kabupaten Tolikara Usman G Wanimbo membeberkan potensi unggulan di wilayah yang dipimpinnya.
Dikatakannya daerahnya adalah daerah pertanian. Hanya saja kabupaten yang berdiri selama hampir 14 tahun ini dalam pengelolaan hasil – hasil pertanian belum begitu maksimal. Hasil – hasil pertanian belum terjual keluar daerah. Apa yang ditanam, hanyalah sekedar untuk konsumsi masyarakat secara pribadi.
“Tetapi saat ini kita dari pemerintah terus melakukan upaya – upaya untuk bagaimana hasil pertanian mereka dapat dihasilkan lebih banyak dan dijual keluar daerah, sehingga dapat menghasilkan pendapatan untuk mereka sendiri dan juga dari kami pemerintah mendapatkan PAD,”terangnya di Jayapura. Minggu (6/1/2019).
Untuk itu sebagai bupati dirinya sudah memberikan warning kepada jajarannya, para pimpinan SKPD mulai dari input, proses, output sampai outcomenya. Dapat membawa penghasilan untuk mereka. “Dalam arti bahwa apapun yang dilakukan hasilnya harus dinikmati oleh masyarakat,”tukasnya.
Harus Ada Kopi Lokal
Seraya memberikan contoh untuk tanaman kopi. “Kepada Kepala Dinas Pertanian saya tegaskan. Hasil kopi ini setelah tanam, pelihara, petik dan menjadi kopi. Hasilnya harus dinikmati oleh masyarakat Tolikara. Karena dengan kopi mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Sehingga saya sudah mendorong Dinas Pertanian untuk menanam seluruh kopi jenis arabika dan hari ini kita sudah punya hasil. Kopinya sangat luar biasa,”akunya.
Dirinya juga membuat kebijakan baru kepada seluruh masyarakat di wilayahnya untuk tidak lagi mengimpor kopi dari luar. “Saya mau di kios, toko dan warung kopi di Tolikara semuanya menjual kopi produk lokal sendiri. Saya juga berharap nantinya kopi ini sudah dapat diperdagangkan pada PON XX tahun 2020 di provinsi papua,”harapnya.
Pasalnya sebagai kabupaten penyangga untuk PON 2020 untuk cabang olahraga Paralayang. “Jadi nantinya kami akan lebih banyak siapkan untuk itu. Sebagai kabupaten penyangga maka kami akan siapkan kopi,”ujarnya setengah berpromosi.
Nenas Bokondini
Selain itu juga ada minuman kemasan yang akan disiapkan untuk tahun 2020 nanti yakni nenas dari Bokondini, yang sudah terkenal karena rasanya yang sangat manis.
“Karena itu kita juga siapkan bersama program Gerbang Mas Hasrat Papua dan juga program dari pemerintah Kabupaten Tolikara sendiri. Saat ini mulai diproduksi minuman kemasan nenas. Jadi nanti bisa dikonsumsi pada PON 2020,”bebernya.
Untuk menyukseskan hal ini, pemerintah setempat mengerahkan para petugas penyuluh lapangan atau PPL bagi para petani kopi dan nenas ini yang tersebar di 46 distrik.
Masyarakat Belum Tau
Diakuinya sampai saat ini masyarakat yang dipimpinnya belum tau jika hasil tanam mereka untuk kedua komoditi ini dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri yakni masyarakat di Tolikara.
Bahkan jika dikelola baik dapat dikenal Papua, nasional dan bahkan internasional.
“Mereka belum ada kesadaran kesitu. Akan tetapi lama kelamaan mereka baru sadar bahwa kopi itu penting,”ucapnya.
Saat ini masyarakat sudah mulai mengumpulkan biji kopi yang mereka tanam. “Jadi sekarang sudah punya kesadaran untuk menanam,”imbuhnya.
Sedangkan untuk diakuinya untuk produk minuman kemasan ini baru sebatas pasaran lokal saja.
Di tahun 2019 ini, akan didatangkan datangkan alat membuat minuman kemasan untuk buah nenas yang cukup besar guna persiapan PON 2020.
“Ini produk minuman ringan nantinya diuji coba tahun 2019 saat Pra PON. Kita diatas dapat paralayang. Akan tetapi kita dapat juga suplay ke Kota Wamena sebagai ibukota Kab. Jayawijaya,”katanya dengan nada optimis.
Buah nenas sendiri hanya dapat ditanam dibeberapa distrik saja. Tetapi keunggulannya, buah ini tidak mengenal musim. Tetapi berbuah setiap tahun.
Sedangkan kopi walaupun dapat ditanam di semua distrik. Namun mempunyai masa petik.
Tahun 2019 ini, Pemkab Tolikara menargetkan PAD sebesar Rp. 7 milyar yang dihasilkan dari berbagai hal. PAD yang dihasilkan itu dari produk kopi lokal, minuman kemasan yang diharap dapat meningkatkan PAD dari pajak pendapatan.
Selain itu juga akan ditarik pajak retribusi untuk mobil angkutan umum dari Wamena – Tolikara – Mulia. Kemudian pajak retribusi untuk para pedatang warung makan dan kios kelontongan. Sebelumnya PAD Kabupaten Tolikara sekitar Rp. 4 milyar. (Julia)